Mengapa Saya Percaya Monozukuri Bukan Hanya Seni Dalam Kegiatan Produksi, Tetapi Juga Seni Bagi Masyarakat

Okt 15, 2018Perusahaan

Oleh: Mr. Usui, Presiden, Seiko Epson Corporation

Saya pertama kali berkecimpung di bisnis percetakan pada akhir 1970-an sebagai engineer. Pada saat itu, tak terbayang bahwa Epson akan menjadi perusahaan seperti saat ini: pemain terdepan teknologi global dengan misi memajukan masyarakat dan dunia yang kita huni. Tak sedikit orang yang terkejut saat mengetahui Epson bukan sekadar perusahaan pembuat mesin cetak. Di masa ketika teknologi berada di sekeliling kita, saya ingin sebanyak mungkin orang tahu mengenai kemajuan-kemajuan teknologi yang diwujudkan oleh Epson.

Semangat kami di Epson adalah membuka kemungkinan-kemungkinan baru dengan teknologi yang kami kembangkan. Kita tengah memasuki era saat teknologi semakin tak terpisahkan dari kehidupan manusia, dan di masa seperti ini dibutuhkan aspirasi mencoba hal baru dan keinginan menjajaki hal-hal tak terduga. Di lingkungan kerja, manfaat teknologi—misalnya untuk meningkatkan produktivitas—disambut dengan hati-hati. Di saat bersamaan, masyarakat semakin merasa terasaing dan resistensi menguat. Sebagai produsen, peran kami adalah menghapus rasa cemas dan menghadirkan produk yang akan membantu memecahkan masalah sehari-sehari serta mengangkat mutu kehidupan masyarakat; sebagai organisasi, kami bertanggung jawab memadukan teknologi ke tempat kerja; dan sebagai anggota masyarakat, kami punya peran menerima peluang yang tercipta melalui teknologi.

Harus saya akui bahwa fokus pada pelanggan tidak selalu ada di perusahaan kami. Pada suatu masa, kami dengan keliru berkonsentrasi pada persaingan pelanggan. Setelah dipercaya menjabat sebagai presiden perusahaan, saya pun memutuskan mencurahkan perhatian pada cita-cita kami menjadi perusahaan yang tidak akan tergantikan dan memiliki peran positif di masyarakat. Sedari dulu, saya selalu menganggap penting monozukuri—seni dan sains dalam manufaktur—semangat tradisional Jepang yang menjaga kami tetap berpijak pada kenyataan dan membuat kami mampu memberikan produk inovatif kepada pasar. Saya merasa, sudah waktunya kami kembali ke akar semangat itu.

Monozukuri telah menjadi jantung dari segala hal yang kami lakukan semenjak kami mulai memproduksi, dengan presisi tinggi, komponen jam tangan 75 tahun yang lalu. Selain itu, sementara perusahaan lain mengalihdayakan produksinya, kami bangga pada model bisnis kami yang terintegrasi secara vertikal. Dengan begitu, kami bukan hanya produsen bagi produk-produk kami, tetapi juga mempertahankan kemampuan memastikan agar desain dan pembuatan produk kami selalu mencerminkan kebutuhan konsumen.

Sebagai suatu falsafah, monozukuri juga tidak hanya dituangkan dalam setiap produk Epson; lebih dari itu, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya juga ada dalam cara kami beroperasi dan saya yakin bahwa nilai-nilai lama ini masih relevan di masa kini maupun kelak. Seiring dengan perjalanan kita memasuki era yang diwarnai ketidakpastian mengenai masa depan, ada dua prinsip dalam monozukuri yang saya yakini dapat dirasakan oleh masyarakat sekarang.

Prinsip pertama adalah “fokus pada pelanggan”. Memiliki visi—sebagai individu ataupun organisasi—adalah hal penting, tetapi visi itu haruslah realistis dan sejalan dengan kebutuhan lingkungan sekitar kita. Pendekatan inilah yang kami ambil saat mengembangkan seri kacamata cerdas Moverio dari Epson. Sementara pemain lain membidik pasar konsumer, Epson mengenali peluang unik untuk membangun produk yang sesuai dengan kebutuhan industri dan bisnis. Ada begitu banyak pilihan mengenai arah yang dapat kami ambil untuk produk ini, tetapi kami memilih menyimak keinginan pelanggan—misalnya, struktur yang lebih tangguh dan solid; kamera berkualitas lebih baik; dan masa pakai baterai lebih lama. Kami ingin menciptakan produk yang tak ada duanya—produk yang tidak bisa diikuti pemain lain karena ada teknologi Epson di dalam produk itu. Hasilnya adalah produk yang sangat bermanfaat, keberhasilannya di pasar semakin besar, dan model produk akan dapat terus disempurnakan sejalan dengan perubahan kebutuhan industri.

Prinsip kedua adalah “perbaikan terus-menerus.” Setiap hal yang kami lakukan haruslah bertumpu pada keinginan mencapai tujuan yang lebih besar lagi, pada tekad, dan menghasilkan perbaikan yang terus-menerus agar kami dapat mencapai tujuan. Walaupun dihadang tantangan, cara pandang ini akan memberikan kami kekuatan untuk terus melangkah maju, pun saat semua orang lain memilih mengangkat tangan.

Dilandasi kekuatan ini, beserta visi kami bagi bisnis percetakan pada akhir 1980-an, saya dan tim mulai membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru di dunia cetak yang dapat diungkap di masa depan oleh teknologi piezo kami. Pada tahun 1990-an, angan-angan kami mulai terwujud, yaitu saat saya diminta memimpin tim pengembangan proyek. Terdiri dari 80 ahli rekayasa terbaik, kami memulai komersialisasi teknologi Micro Piezo. Hari ini, rangkaian mesin cetak inkjet kami adalah salah satu yang paling inovatif menggunakan teknologi itu dan kami pun menghadirkan manfaat lingkungan, efisiensi, dan produktivitas yang luar biasa bagi pelanggan.

Di samping teknologi, prinsip yang sama saya terapkan dalam peran saya sebagai presiden Epson. Memanfaatkan latar belakang sebagai engineer, saya pun bergerak merampingkan fokus kami sebagai perusahaan dengan menghimpun kekuatan Epson dan mengaplikasikan kekuatan ini untuk menciptakan nilai orisinal serta membawa perubahan nyata dalam kehidupan orang banyak. Hasil inisiatif ini mulai tampak pada tahun 2016, saat saya menetapkan visi perusahaan yang menjawab empat bidang inti inovasi kami: inkjet, komunikasi visual, wearables, dan robotik. Sebagai hasilnya, bisnis kami mencatatkan pertumbuhan signfikan di segmen-segmen usaha strategis itu.

Bahkan, saat ini Epson diakui sebagai salah satu perusahaan teknologi terdepan di dunia dengan pendapatan penjualan senilai $9 miliar*, lebih dari 81.000 karyawan di 85 perusahaan[1] dan posisi yang kuat—mungkin juga terdepan—untuk produk mesin cetak inkjet, proyektor, kacamata cerdas, dan robot industri. Kami juga merupakan ahlinya inovasi., Kami menginvestasikan €1,4 juta setiap hari untuk kegiatan riset dan pengembangan dan mengajukan sekitar 4.000 hak paten setiap tahun (dan secara global sudah memiliki sekitar 50.000 hak paten). Selama enam tahun berturut-turut, kami terpilih sebagai satu dari 100 inovator global terbaik.[2].

Kami siap menyambut bab baru dalam perjalanan kami, dan saya siap membawa perusahaan ini melangkah ke depan. Visi Perusahaan (25 Visi Epson) berfokus pada pertumbuhan yang berasal dari pembuatan dan pengembangan rangkaian produk yang mampu menghasilkan nilai orisinal serta didesain khusus untuk era baru dengan interkoneksi antara manusia, benda, dan informasi. Visi ini diharapkan bisa semakin mendorong pendapatan perusahaan secara global untuk mencapai 1.700 miliar yen (sekitar $15 miliar) pada 2025. Namun begitu, visi akan selalu bertolak dari semangat berkarya, dedikasi pada pelanggan, dan komitmen pada tanggung jawab kami untuk turut melindungi dunia yang kita huni.

Saya yakin kami punya potensi untuk menjadi lebih dari perusahaan percetakan. Bidang cetak akan tetap menjadi inti identitas kami, tetapi kami pun punya potensi untuk berkembang di bidang robotik, wearables, dan proyektor berkat kegiatan riset & pengembangan serta nilai warisan monozukuri. Tujuan saya adalah berinovasi dan membuat teknologi baru untuk mewujudkan cita-cita menciptakan dunia yang lebih baik, sebab teknologi sudah pasti akan mengubah dunia sekitar kita. Saya percaya, kinilah waktunya bagi kita semua melangkah maju dan mencoba melakukannya bersama-sama.

[1] Jumlah karyawan dan perusahaan adalah data terbaru per 30 September 2018.

[2] Pada tahun 2017, Epson masuk dalam daftar Top 100 Global Innovators tahun 2016 yang diumumkan oleh Carivate Analytics dari Philadelphia—sebelumnya merupakan unit usaha Intellectual Property & Science di bawah Thomson Reuters. Sejak daftar ini diusun pertama kali pada tahun 2011, Epson tidak pernah keluar dari daftar.

Gabung dengan Media Sosial kami

Share This