Bagaimana AI dan Robotik Mengubah Proses Produksi di Masa Depan

Apr 2, 2019Robot

Narasumber: Ng Ngee Khiang, Regional Director, Visual Products & Robotics Solution, Epson Singapore

Di era internet dan globalisasi, tuntutan konsumen terhadap produk unik yang dibuat khusus untuk mereka membuat perusahaan manufaktur harus beradaptasi dengan menerapkan cara produksi yang fleksibel. Bayangkan jika perusahaan ecommerce kacamata harus membuat ribuan variasi bingkai kacamata untuk memenuhi pilihan konsumen yang berubah setiap hari. Sistem otomasi tradisional industri tak akan mampu memberikan tingkat fleksibilitas yang dibutuhkan untuk menjawab kemauan pelanggan baik dari segi skala maupun kecepatan produksi.

Alih-alih mengembangkan produk standar untuk kebutuhan massal, perusahaan masa depan akan harus menggunakan teknologi cerdas yang mampu menangani pesanan tidak terduga dan keputusan yang diambil pada saat yang sama.

Bahkan, perusahaan manufaktur di era Industri 4.0 harus mampu menawarkan produksi khusus pada pasar tanpa mengurangi kecepatan dan mutu produksi. Dengan kemajuan di bidang AI, perusahaan cerdas dalam arti sebenarnya adalah perusahaan yang dapat mewujudkan kemampuan itu melalui pemanfatan robot pintar—robot yang bisa belajar dan berpikir seperti manusia sekaligus dapat dioperasikan dengan aman bersama tenaga kerja manusia.

Bagaimana AI Membentuk Pabrik Cerdas di Masa Depan?

1. Kendali Mutu dan Prediksi Jadwal Pemeliharaan: Menurut Riset PWC baru-baru ini, analisis big data dan penggunaan AI untuk pemeliharaan prediktif di sektor manufaktur diperkirakan naik 38% dalam lima tahun mendatang. Teknologi yang terkoneksi, sensor, dan robotik, membuat perusahaan mampu memahami pola kinerja mesin-mesin di lini perakitan dan mengetahui potensi masalah sebelum jadwal pemeliharaan ataupun terjadi kerusakan.

Dengan kemampuan ini, perusahaan manufaktur tidak perlu mengandalkan jadwal pemeliharaan tetap. Pemeliharaan terlalu dini berarti pemborosan tenaga kerja sementara kegagalan mesin belum diketahui. Namun, pemeliharaan yang terlambat berisiko alat rusak saat beroperasi dan mengurangi masa hidup mesin.

Dengan teknologi, perusahaan bisa menghindari gangguan operasional mendadak, meningkatkan masa hidup mesin, dan menjaga produktivitas kegiatan produksi.

2. Kolaborasi Robotik Cerdas dengan Tenaga Manusia: Robot cerdas dengan kemampuan bekerja secara presisi untuk mengerjakan gerakan rumit dapat mengambil alih tugas yang terlalu jenuh atau berbahaya bagi manusia, sehingga produkvitas dan keselamatan kegiatan produksi bisa ditingkatkan. Seringkali, hal ini membutuhkan kerja sama erat antara tenaga manusia dengan lingkungan sekitarnya.

Teknologi Epson, misalnya, membuat robot mampu “melihat” dan algoritma dalam program robot membuatnya dapat mengenali warna dan bentuk benda serta memosisikan dan mengarahkan benda melalui kamera. Di lini perakitan, robot bisa melakukan kalibrasi otomatis dan tahu di mana letak benda yang harus ditanganinya, meskipun benda itu terjatuh dan berada pada posisi yang salah.

Dipadukan dengan sensor tekanan yang menggunakan teknologi piezoelectric quartz milik Epson dengan sensitivitas tinggi terhadap tekanan, robot bisa mengerjakan tugas rumit seperti perakitan komponen-komponen kecil yang menuntut presisi tinggi.

Untuk meningkatkan peran manusia, di tempat produksi cerdas di masa depan robot bisa dikendalikan menggunakan kacamata pintar dan augmented reality. Robotik yang dipadukan dengan augmented reality, misalnya, memungkinkan bantuan teknis jarak jauh sehingga kendala pada robot tetap bisa diselesaikan oleh tenaga ahli teknis meskipun tanpa kehadirannya secara fisik.

Kacamata pintar Moverio dari Epson sudah memanfatkan augmented reality untuk secara seketika menampilkan suasana yang biasanya dilihat para ahli teknis di lapangan. Teknologi ini membantu diagnosis dan pemecahan masalah tanpa membutuhkan kehadiran fisik.

3. Keselamatan Kerja: Teknologi AI dan robotik meningkatkan keselamatan lingkungan kerja dengan menggantikan tenaga manusia yang sebelumnya mengerjakan tugas berisiko tinggi. Dalam riset McKinsey, ditemukan bahwa inspeksi visual menggunakan AI bisa meningkatkan tingkat deteksi kecatatan produk hingga 90% dibandingkan metode inspeksi manual.

Walaupun robot bisa sepenuhnya menggantikan tenaga manusia untuk mengerjakan tugas produksi yang berisiko, untuk tugas tertentu robot tetap perlu bekerja berdampingan dengan manusia—khususnya tugas yang membutuhkan supervisi manusia.

Teknologi robotik AI generasi mendatang akan dirancang agar robot bisa bekerja sama dengan manusia dan mengelola standar keselamatan dan produksi alih-alih hanya sebatas otomasi tugas-tugas rutin. Robot bisa diprogram untuk mengenali risiko keselamatan manusia sembari mereka berinteraksi dengan tenaga kerja lain. Sensor yang dipasang pada lengan robotik bisa membantu mengidentifikasi keberadaan manusia di dekatnya sehingga robot pun menyesuaikan gerakannya.

Dengan penggunaan AI yang semakin luas, kerja robot menjadi lebih kolaboratif, intuitif, mampu memantau diri dengan karakteristik mirip manusia, dan tidak lagi bertindak sebagai sistem “buta” yang diarahkan oleh program kaku yang mungkin tak dapat mengenali keberadaan manusia secara tidak terduga.

Filosofi ini sejalan dengan visi teknologi robotik cerdas dari Epson dan sensor canggih yang dirancang untuk dengan mulus mendukung pabrik pintar di era Industri 4.0—mencapai efisiensi tingkat tinggi melalui pengendalian dan sinkronisasi otomatis.

4. Lebih Dari Rantai Suplai: AI memungkinkan kita menyesuaikan dan membuat strategi proses manufaktur dan rutinitas produksi berdasarkan faktor eksternal, yaitu yang berada di luar arena produksi. Menurut riset McKinsey, algoritma canggih untuk machine learning bisa mengurangi kesalahan memprakirakan stok dan inventaris sebesar 50%.

Robot dapat diprogram untuk menyesuaikan jadwal dan kerja produksi berdasarkan analisis terhadap level inventaris dan kendala rantai suplai pada saat itu. Fleksibilitas ini penting untuk mengotomasi proses manufaktur yang ramping—yang tanpa teknologi akan membutuhkan perubahan dan upaya besar-besaran dari seluruh pekerja.

Perusahaan manufaktur yang progresif memimpin industri dengan kemampuan mereka menyesuaikan kapasitas produksi dan menjawab tuntutan pasar yang terus menerus berubah. Kecerdasan buatan membuat sistem mampu menganalisis data pasar dan kerja robotik untuk membuat keputusan penting terkait permintaan dan suplai. Hasilnya, perusahaan seperti ini pun akan selalu mengungguli persaingan dan siap menghadapi perubahan permintaan pasar yang mendadak untuk memaksimalkan profitabilitas.

AI dan robotik memiliki nilai, yang belum pernah ada sebelumnya, bagi generasi industri manufaktur di masa depan. Perusahaan manufaktur yang ingin bertahan di era Industri 4.0 akan perlu mengadopsi teknologi canggih robotik cerdas untuk mempercepat pertumbuhannya di masa ketika pemain usaha semakin ketat bersaing dalam hal inovasi dan kemampuan beradaptasi dengan tuntutan pasar.

Bagaimana robotik Epson bisa membantu

Epson menyediakan pilihan robot dengan desain praktis dan fungsi fleksibel serta dilengkapi dengan sensor cerdas pendeteksi kekuatan tekanan dan sensor penglihatan. Teknologi ini memberikan solusi otomasi baik penyesuaian pada lini produksi yang ada maupun pelaksanaan otomasi baru.

Gabung dengan Media Sosial kami

Share This